Jumat, 29 Agustus 2014

#MovieCorner #19: Guardians of the Galaxy

Warning! Spoiler alert!

Craving for humorous action movie?

Then you should go to watch Marvel’s Guardians of the Galaxy in theater as soon as possible. A big fan of Marvel would never miss it because it is the last Marvel movie this year.



Guardians of the Galaxy menceritakan tentang lima makhluk kriminal dari berbagai planet di galaksi yang terpaksa bersatu untuk melindungi galaksi dari kekuatan batu yang tak terkalahkan bernama orb yang hendak disalah-gunakan oleh pihak jahat untuk menguasai galaksi. Lima makhluk tersebut adalah Peter Quill a.k.a Star Lord (Chris Pratt), Gamora the Assasin (Zoe Zaldana), Rocket Raccoon (voiced by Bradley Cooper), Groot (voiced by Vin Diesel) dan Drax the Destroyer (Dave Bautista). Mereka bersatu untuk melindungi galaksi dan melawan Thanos (Josh Brolin) yang merupakan ayah tiri Gamora, juga Ronan the Accuser (Lee Pace), sang penjahat yang hendak menguasai galaksi dengan menggunakan orb. Meskipun banyak pihak yang meragukan kemampuan kelima kriminal tersebut, namun nasib galaksi dan seluruh isinya berada di tangan mereka.



Film berjenre action sci-fi ini dinilai sukses jadi penutup musim panas yang sangat menghibur di jagat perfilman Hollywood. Pasalnya, di bawah arahan sang sutradara, James Gunn, Guardians of the Galaxy tampilkan dengan memukau di layar lebar. If I can say, it is the best Marvel movie I have ever seen, even if I compare it with Iron Man (so sorry, Stark :p).



Dimulai dengan visual effect yang dikemas secara maksimal. Dari awal hingga akhir, gue nggak melihat adanya cacat dari segala hal yang beraitan dengan efek visual di film ini. Incredibly awesome! What I like most adalah setiap adegan slow motion yang ‘tepat pada tempatnya’, juga segala macam bentuk ledakan dan adegan pertempuran yang disajikan dengan porsi yang pas. Nggak ada adegan pertempuran yang terlalu panjang dengan ledakan yang begitu membombardir secara berlebihan hingga menimbulkan kesan membosankan. Tak hanya visual effect, audio effect juga tersaji dengan cukup memuaskan. Awesome Mix Vol. I is the star! Keren!



Kemudian dari sisi karakterisi tokoh, secara garis besar Gunn sukses menghidupkan komiknya ke dalam film. Meskipun dalam film ini Peter Quill a.k.a Star Lord memang lebih ditonjolkan dibandingkan keempat member Guardians lainnya, namun keempat tokoh tersebut tidak kehilangan momen untuk mendapat perhatian penonton. Mereka masing-masing tetap mendapat jatah untuk menjadi ‘superhero’ dengan caranya masing-masing, seperti perananan penting Rocket saat melarikan diri dari penjara Kyln, atau saat mengharukan dari Groot yang rela mati dan berkorban untuk keempat member Guardians yang lain di penghujung film.



Next, jalan cerita. Not bad. Klise sih sebenarnya, endingnya masih bisa tertebak (ya iya lah udah ketauan dari komiknya juga, hehe), namun cara pengemasan cerita dirasa cukup apik. Meskipun ditengah cerita mungkin agak sedikit kompleks untuk penonton kalangan usia anak-anak, tapi secara keseluruhan I think it will be well understood by all ages. Ditambah, humor dalam film ini sangat kentara ditonjolkan, and it makes Guardians of the Galaxy a must see movie this month.



Overall, I think it’s such a great ending of summer this year! And you should go to the theater and see it by yourself! (maksa :p) Happy watching! J


Rate: 9/10

Guardians of the Galaxy
Action – Adventure – Sci-Fi - Comedy
121 minutes

Director              : James Gunn
Production Co  : Marvel Studios, Marvel Enterprises, Moving Picture Company
Released              : 20th August 2014(Indonesia)


Information and picture sources:

Selasa, 26 Agustus 2014

Congradution, Crazy Mates!

Hallo, dua orang pertama yang lulus, selamat menempuh hidup baru sebagai sarjana muda. It won't be easy, perhaps, but show must go on. Congraduation, Erda and Ningsih, and have a nice new life! 

I love you, both! :)

Taken at Indonesia University of Education, August 20th 2014.




















"The aim of education is the knowledge, not of facts, but of values."
- William S. Burroughs

Kamis, 21 Agustus 2014

#FoodSpot #24: Sushi Boon Bandung

(Still) Evening, Bandung!

Double review for tonight! Kalo tadi gue udah sharing review tentang tempat pancake  dengan suasana cozy di Bandung, sekarang ganti ke tempat makan dengan spesialisasi makanan khas Jepang yang paling terkenal seantero negeri.

Yep, it’s sushi! And the place that I’m going to review is called Sushi Boon. Jadi, Sushi Boon ini adalah kedai sushi dengan harga yang relatif murah di Bandung. Tak sulit juga untuk menemukan tempatnya karena letaknya yang cukup strategis yaitu di jalan Dago, di depan (ex) Factory Outlet Level (jika dari bawah berarti sebelum Simpang Dago), yang sekarang jadi resto nasi goreng (sorry for forgetting the name, hehe).


Walau tempatnya masih berupa kedai dan terletak di pinggir jalan, tempatnya masih cukup nyaman kok, dan ini jadi salah satu kedai sushi favorit gue di Bandung. Di dalamnya ada sembilan meja, dan kadang-kadang doang penuhnya, jadi jangan khawatir nggak kebagian tempat untuk makan. Minggu siang kemarin saat kesana juga tempatnya nggak terlalu ramai, jadi bisa santai banget makannya.



Well, for the menues, kedai ini nggak hanya menyediakan sushi, tapi juga ramen. Tapi karena dari awalnya lagi pengen sushi, teguh dengan pendirian deh dengan pesen sushi, hehe. Spiky the Spicy dan Lucky Luke akhirnya menjadi pilihan untuk menu late lunch kami. Untuk minumnya sendiri, sayangnya, Sushi Boon hanya menyediakan minuman botolan, belum ada variasi lain.



Fifteen minutes has passed and the foods finally came. Mulai dari Spiky, adalah mini sushi yang dibalut dengan fried nori with spicy baked salmon dengan rasa pedas, dan ditambah dengan tar-tar sauce. It’s very crunchy dan enak banget setelah ditambahkan kecap asin dan lada bubuk sebagai pelengkap. Pas untuk gue yang makannya sedikit tapi sering, hehe.



And the Lucky Luke, adalah mini sushi dengan isian ikan dory yang juga digoreng dan disajikan dengan parutan keju dan tar-tar sauce. Sama crunchy-nya dengan spiky spicy tadi, dan enak yang pasti. Pas juga untuk yang pengen makan ‘ringan’.


Overall, Sushi Boon cocok banget buat yang pengen makan sushi enak, dengan harga yang nggak begitu menguras dompet atau harga ‘mahasiswa’ banget. Silahkan dicoba. J

I rate 8.3/10 for Sushi Boon.

Tertarik untuk mencoba? Please check:

Twitter           : @sushiboon
Location         : Jalan Ir. H. Juanda (Dago Bawah) No. 138, Bandung
Phone             : (022) 70-456789

#FoodSpot #23: Nanny’s Pavillon Bandung

Evening, Bandung!

Walaupun udah terlalu malem buat recommending a food place, tapi nggak ada kata kemaleman buat ngasih review tempat makan asik dong ya, siapa tau malem ini atau besok-besok butuh tempat yang cozy untuk makan bareng temen, keluarga, atau bahkan orang terkasih (cie).

Well, I recommend you to come to a food place named Nanny’s Pavillon. Letaknya sendiri di jalan Riau, tepatnya di sebelah Karnivor. Cukup mudah mencapai tempat ini karena letaknya yang memang persis di pusat keramaian kota Bandung. Nanny’s sendiri sebenarnya nggak hanya ada di kota Bandung, melainkan di Jakarta, Bali, bahkan hingga Malaysia.


Saat kesana hari Sabtu malem kemaren, suasana Nanny’s lagi lumayan penuh. Gue dapet antrian waiting list ke-delapan, padahal waktu makan malam udah lewat, sekitar jam setengah sembilan malam, dan setelah gue masih ada juga yang datang dan antre di waiting list juga. Kalo mau suasana yang agak santai, gue saranin dateng pas weekdays sih, biar bisa sambil menikmati tempatnya juga. Rata-rata yang dateng kesana sih rombongan keluarga gitu, kalo engga ya anak-anak muda kekinian gitu deh model gue, hehe.



Nanny’s is such a hommie place to enjoy the foods. Konsepnya sendiri ya memang ‘hommie’ gitu. Terlihat dari interiornya yang memang terbagi menjadi beberapa tempat layaknya rumah, such as living room, kitchen, bahkan hingga bathroom juga ada. Karena tempatnya yang sedang penuh, kami nggak bisa milih tempat yang semau kami, melainkan dipilihkan oleh waitress-nya. Untungnya meja yang dipilihkan ini cukup aman karena nggak begitu dekat dengan keramaian orang-orang.



Well, the menues! Nanny’s ini terkenal dengan the house of pancake, jadi nggak sah rasanya jika pesan menu selain pancake. So here we are, ordered Black Crunchy Caramel and Crazy Chocolate Waffle. Sementara beverage-nya sendiri kami pilih Vanilla Milkshake dan Blueberry Lemonade. But, buat yang pengen makanan berat selain pancake, ada kok, dan kebanyakan memang western foods karena mereka mengusung tema French-American resto gitu.


Though we had to wait for about twenty minutes, the foods were worth the wait. Pancake black crunchy caramel yang gue pesen adalah pancake hangat yang dihidangkan dengan saus karamel dan topping vanilla ice cream serta oreo. Pancake-nya lembut, gurih dan tebel, pas banget dipadu dengan manisnya vanilla ice cream dan crunchy-nya oreo di atasnya.


Sementara waffle crazy choco-nya sendiri bener-bener truly choco factory! Waffle-nya sendiri udah dibuat dari adonan waffle coklat, ditambah dengan saus coklat, choco ice cream, and choco chips sebagai topping-nya. Bagi penggemar berat cokelat, menu ini cocok banget untuk dieksekusi.


And the beverages! Sebenernya agak nyesel juga karena telah pesan vanilla milkshake. Jadinya eneg banget karena pancake gue berasa vanilla juga. Sebenernya milkshake-nya nggak begitu manis sih, cocok-cocok aja sebenernya kalo gue lagi laper, hehe. Tapi karena nggak begitu laper, jadi kerasa agak ‘penuh’. Alhasil, jadi barter ama blueberry lemonade-nya si abang yang ternyata seger banget karena isi di dalam gelasnya nggak cuma lemonade aja, tapi juga ada butiran-butiran berry yang asem manis dan seger banget.


Overall, Nanny’s Pavillon can be said as one of suitable spot to have a quality time with a quaity foods and beverages. Have a try! J

I rate 9/10 for Nanny’s Pavillon.

Interested? Kalo gitu coba cek information source di bawah ini:

Twitter           : @nannyspavillon
Website          : Nanny’s Pavillon
Location         : Jalan LL. RE. Martadinata (Riau), No. 125 (samping Karnivor Resto), Bandung

Jumat, 15 Agustus 2014

And the Story, Begins...

 

Taken at J.Co Ciwalk 13rd August '14

 Taken at Warung Sangrai, 13rd August '14


So sorry, my favorite couple one, for always interrupting your quality time together. :p

"Nothing is sweeter than the togetherness we share."
- J.Co Donuts

#FoodSpot #22: Warung Sangrai

Selamat sore, Bandung!

Well, it is rainy afternoon in several areas in Bandung, enaknya cari kulineran yang bisa bikin anget di badan kali ya. Kebetulan, gue punya satu tempat makan yang punya menu unik di Bandung yang bisa jadi salah satu bahan pertimbangan for the sake of nyari-yang-pedes-pedes-buat-ngangetin-badan, hehe.

Warung Sangrai, have you heard it? Kalo belum, coba main-main ke jalan Riau (depan FO Heritage) atau ke jalan Cihampelas (sebelah SPBU) to find this place. Menu yang ditawarkan di Warung Sangrai ini merupakan menu yang cukup unik dan jarang bisa ditemui di tempat makan lain, yaitu burung puyuh, as declared in their poster ‘pelopor puyuh rawit pertama di Bandung dunia’.


Sebenernya, tau tempat ini udah lumayan lama karena promosinya yang emang sedang gencar di ranah Twitter, hanya saja baru hari Rabu kemarin sempet nyoba, itupun bukan di pusatnya melainkan di ‘sarang’ 2 alias cabang Cihampelas. Untungnya, saat datang kesana di jam-jam nanggung siang menuju sore, tempatnya nggak penuh, so we can enjoy our (late) lunch there.



Nggak nunggu lama lagi, kami mulai menyusuri daftar menu untuk memilih makanan yang akan disantap, dan akhirnya sepakatlah kami bertiga memesan Puyuh Rawit karena memang merupakan best seller menu disana. Saat ordering, waiter-nya bilang sedang ada promo ‘beli 2 gratis 2’ yang berlaku khusus di cabang Cihampelas hingga akhir bulan ini. Tanpa pikir panjang kami langsung acc tawaran menggiurkan tersebut, dengan memesan 3 puyuh rawit dan 1 puyuh original (excluding nasi dan minum).




We have to wait for about 15-20 minutes until our foods ready to be served. Nunggunya juga diisi dengan ngobrol dan foto-foto tempat makannya, jadi nggak kerasa lama lah ya. Es teh manis jumbo dan air mineral dateng duluan, baru kemudian disusul dengan piring-piring putih berisi puyuh yang sudah dipesan tadi.

Well, puyuh rawit yang kami pesan adalah bakakak puyuh atau satu ekor burung puyuh utuh tanpa kepala yang digoreng kering dan dilumuri dengan bumbu rawit yang tentunya pedas namun gurih dan enak banget, dilengkapi dengan lalapan. Cocok banget buat cewek-cewek yang lagi PMS atau santapan ketika sedang hujan karena emang sambelnya yang pedes, panas, dan nagih. Kalo puyuh original-nya sih hanya berupa puyuh yang digoreng kering, lumayan untuk penawar pedas dari puyuh rawitnya tadi, hehe. Dan untungnya pesen es teh manis jumbo sebagai penawar pedesnya, pas banget.





I think it’s worth to try, anyway. Have a try. J

I rate 8/10 for Warung Sangrai.

Penasaran? Langsung cek akun dibawah ini deh untuk informasi-informasi terbarunya:

Twitter           : @warungsangrai
Website          : Warung Sangrai
Location         : Pusat >> Jalan LL. R.E. Martadinata (Riau) No. 63 (depan FO Heritage), Cabang >> Jalan Cihampelas No. 177 (samping SPBU), Bandung.
Phone             : (022) 2038245
PIN BBM        : 2A3DC458

Kamis, 14 Agustus 2014

#FoodSpot #21: Dulang Resort and Resto

Selamat malam, lovely Bandung!

Bingung cari tempat makan dengan suasana cozy dengan view keren yang pas untuk dinner di Bandung? Don’t worry, because I’m gonna review a place with a very nice view for you to go.

Nama tempatnya adalah Dulang Resort and Resto, dan resto ini terletak di daerah Lembang, Bandung. Agak sulit mencapai tempat ini kalo nggak menggunakan kendaraan pribadi karena memang nggak adanya kendaraan umum yang lewat persis di depannya. Dulang bisa dicapai dengan menggunakan tiga akses jalan, yaitu jalan Lembang, Ciumbuleuit, atau Dago.

Pict. source: www.reservasihotel.net

Dulang sendiri sebenarnya merupakan sebuah reshort yang lengkap dengan resto dan infinity pool di dalamnya, dan semuanya menyajikan pemandangan kota Bandung dari ketinggian Lembang. Nggak perlu takut untuk kehabisan meja karena Dulang menyediakan tempat yang cukup luas, yakni dua lantai yang masing-masing terdiri dari indoor dine dan balcony.



Karena rating Dulang yang sedang hits di Bandung, nggak heran jika, walaupun letaknya agak jauh, tempat ini selalu ramai dikunjungi baik oleh warga Bandung maupun orang-orang luar kota yang sedang berlibur di Bandung. Saat berkesempatan datang kesana hari Minggu kemarin, suasana Dulang juga lumayan ramai, terutama di bagian balkon yang langsung menghadap Bandung’s lights in the evening, dan didominasi oleh anak-anak muda tentunya.



Beruntung kami berlima dapat tempat yang strategis untuk menikmati makanan dengan disodori city view yang keren banget. Setelah puas bergantian mengabadikan momen dengan berfoto-foto ria, kami mulai memesan makanan untuk menghangatkan badan karena udaranya yang memang dingin.

I chose Spaghetti Bolognaise and Hot Chocolate, bang Luki (minta untuk) milih Nasi Bakar Dulang dan Hot Mocca Milk ( unfortunately, those things didn’t come for the sake of ‘kelupaan’), kak Irfan pesen Nasi Bakar Dulang juga plus Hot Sweet Tea, kak Abi dan Umi ordered Banana Split, Tongseng, Hot Lemon Tea, and also Hot Sweet Tea. Sambil nunggu makanan dateng, kita kembali bernarsis-narsis featuring the awesomeness of Bandung’s view in the evening. Sekitar setengah jam kemudian makanan mulai berdatangan dan siap santap.

Well, spaghetti yang gue pesen adalah spaghetti yang disajikan dengan telur, smoked beef, and rawit merah. It had pretty fine taste actually, dengan pedesnya yang pas keluar dari rawit merahnya yang cocok untuk ngangetin badan banget. Hanya sayangnya, spaghetti-nya agak overcooked, ditambah dengan presented a bit messy on the plate. Kalo hot choco-nya sih standar, choco powder served with hot water. Lumayan buat anget-angetan menghadapi udara dingin Lembang. Kalo makanan yang lain sih nggak sempet coba, kayaknya sih enak-enak aja karena nggak ada yg protes, hehe.



But overall, it is such a worth moment to have a good night. J

I rate 8/10 for Dulang Resto.

You can go to this account bellow to discover all things about Dulang Resort and Resto.
Twitter           : @Dulangresort1
Location         : Jalan Pabrik Gitar (Pagerwangi), Lembang, Kab. Bandung Barat
Phone             : (022) 2785020

Selasa, 12 Agustus 2014

#MovieCorner #18: Teenage Mutant Ninja Turtles

Warning! Spoiler alert!

Who’s ready to witness the four ninja turtles save New York City from the evil clan?

Well, coba sambangi bioskop-bioskop kesayangan untuk melihat aksi mereka di film franchise populer Teenage Mutant Ninja Turtles arahan sutradara Jonathan Liebesman dengan judul sama, Teenage Mutant Ninja Turtles.


Basically, seperti cerita dalam komik dan kartun TMNT yang sudah terlebih dahulu ada sebelumnya, TMNT ini menceritakan tentang empat kura-kura ninja yang hidup di gorong-gorong bawah tanah dan suka sekali akan pizza yang membela kebajikan untuk melawan penjahat kelas kakap New York City yang berada di bawah pimpinan Shredder. Film dibuka dengan cerita dari Master Splinter (Danny Woodburn), mutan tikus yang menjadi ayah sekaligus guru bagi keempat kura-kura tersebut, dan  bernarasi tentang berkembangnya organisasi kriminal bernama Foot Clan yang mulai menguasai New York dan menyebabkan kekacauan. Ia pun mulai berpikir untuk melatih empat kura-kura mutannya – Leonardo (Pete Ploszek), Raphael (Alan Ritchson), Michelangelo (Noel Fisher), dan Donatello (Jeremy Howard) – agar bisa menghentikan pergerakan  Foot Clan yang dipimpin oleh Shredder (Tohoru Masamune).


Adalah April O’Neil (Megan Fox), seorang jurnalis dari media ternama bernama Channel 6, yang selalu haus akan berita mengenai Foot Clan, menyaksikan sendiri ada pihak yang melawan komplotan Foot Clan saat ia sedang berada di dermaga. Keingin-tahuannya kemudian mengarahkannya kepada terkuaknya fakta tentang eksperimen ayahnya dengan partner kerjanya yang bernama Eric Sacks (William Fichtner) di masa lalu, juga adanya keterlibatan dirinya dalam pertarungan melawan Foot Clan demi ayahnya.


Well, bagi generasi ’90-an macem gue, kura-kura ninja yang notebane merupakan salah satu film pembangkit kenangan masa kecil, adalah salah satu film penutup musim panas yang sangat ditunggu-tunggu. Unfortunately, walaupun cukup menghibur, film ini kurang bisa memuaskan ekspektasi gue terhadap gambaran film action spektakuler. It is my fault to expect much from Michael Bay, after what was happened to Transformers 4.

TMNT ini dirasa memiliki banyak kelemahan, diantaranya dari segi plot atau jalan cerita. Walaupun Liebesman sudah membuat jalan cerita yang tersusun dan mudah dipahami dari awal hingga akhir, pengemasan ceritanya masih belum cukup apik. The story is in rush in several scenes, but running slow in any others. Gue pikir nggak masalah kalo misalnya Liebesman memperpanjang durasi filmnya selama jalan cerita di dalamnya seimbang speed-nya dan nggak terburu-buru.

Selain itu dari hal visual effect, am I the only one who think it is pretty creepy? Ketika membandingkan para kura-kura ninja, Master Splinter, dan Shredder disana dengan para kera di film Dawn of the Planet of the Apes, jelas jauh banget. Entah karena emang sengaja dibuat animasi karena keterlibatan Nickelodeon di dalemnya, atau karena emang tim efeknya nggak sekeren tim efek visualnya Dawn of the Planet of the Apes. Kalo audio effect-nya sih nggak ada masalah sama sekali. Dan lagi, teknik kamera yang digunakan dalam film ini masih kurang smooth, dan itu kerasa banget di bagian battle antara para kura-kura dengan Foot Clan di gunung salju.


Dan yang terpenting adalah ketajaman karakterisasi beberapa karakter! Agak kecewa dengan karakterisasi Shredder yang kurang kuat disana. Shredder yang begitu berkuasa di komik dan kartunnya, menjadi seperti algojo mesin pembunuhnya Sacks di film ini. Shredder, yang juga punya sisi humoris, tidak sama sekali diperlihatkan di film ini. That is tough! Nevertheless, karakter dari Leo, Donny, Ralph, Mike, dan Splinter udah dirasa mirip banget dengan komiknya. Megan Fox also played so good as the original O’Neil, lengkap dengan jaket kuningnya.


And one good thing from this movie is, fortunately this movie doesn’t lost its humorous side.


Rate: 6.5/10

Teenage Mutant Ninja Turtles
Action – Adventure - Comedy
101 minutes


Director              : Jonathan Liebesman
Production Co  : Paramount Pictures, Nickelodeon Movies, Platinum Dunes
Released              : 8th August 2014 (Indonesia)

Picture and information sources: