Rabu, 29 Januari 2014

#CookingExperiment #2: Seblak Siomay Ceker


Hello, again!
Masih di hari yang sama nih, guys. Sambil nungguin oreo cheese cake tadi siap makan, there is another recipe. Resep ini tergolong simple juga, simple banget malah. Clue-nya: makanan ini pedas dan basah, kemungkinan besar bakal ‘mengoet’ perut, lagi hip banget juga di Bandung sama seperti cheese cake tadi. Ya, seblak!
Jaman dahulu kala sih ya waktu aku SD-SMA (yang hobinya main ke rumah temen kalau ngga ngerujak ya nyeblak), seblak adalah makanan yang miskin gizi dan murah banget. Gimana engga, komposisi utamanya aja kerupuk mentah doang, yang kalo di warung-warung warnanya oranye (kerupuk yang biasanya ada di tukang bubur tapi dalam format yang belum di goreng alias mentah). Dimana coba letak gizinya? :p
Nah, sejak beberapa tahun terakhir ini nih, seblak jadi nge-hip banget di Bandung karena ternyata ngga hanya kerupuk aja yang jadi komponen utama. Ada bakso, sosis, mie, siomay, dan yang lagi trend banget sekarang sih kaki ayam atau ceker. Ada gizinya kan sekarang? Seblak juga jadi salah satu makanan yang tjotjok banget di makan saat musim hujan dan dingin-dingin kaya gini. Hangat dan pedasnya bikin melek.
Bikin seblak sih mudah banget, bumbunya aja sederhana; bawang merah, bawang putih, kencur alias cikur, dan yang wajib mesti harus banget ada, cabe rawit atau cengek. Seblak mah kudu pisan lada, ceu. Ladana ge kudu lada pisan. Tapi, seblak yang aku buat ini jauh-jauh dari kerupuk, ngga seblak banget ya jadinya? Hehe. Lagi ngefans banget ama siomay dan ceker nih, jadi aku cuma buat dari bahan itu aja. Yuk mari kita list dulu belanjaan hasil hujan-hujanan belanja ke pasar tadi demi tercapainya resolusi hari ini.
-          Ceker/ kaki ayam 250gr: Rp. 5000
-          Siomay kering 1 bungkus: Rp. 2500 (isinya lumayan banyak)
-          Cabe rawit ½ ons: Rp. 2500
-          Kencur/ cikur: Rp. 500 (itu ngga tau segimana persisnya tapi lebih dari cukup kok)
-          Bawang merah, bawang putih, dan telur sudah tersedia di rumah jadi ngga perlu beli, hehe.
-          Total: ± Rp. 15.000
 Cara bikinnya? It’s very simple. Let’s go!

Resep Seblak Siomay Ceker
Bahan bumbu:
-          3 siung bawang merah
-          2 siung bawang putih
-          3cm kencur/ cikur
-          Cabe rawit sesuai selera (aku tadi pakai sekitar 10 biji cabe rawit yang besar dan merah, tapi tetap terasa kurang pedas, udah mati rasa kali ya :p)

Bahan:
-          250gr kaki ayam/ ceker
-          1 bungkus siomay kering
-          1 butir telur
-          Air 500 ml - 650 ml (sesuai selera, karena aku suka yang agak berkuah, jadi menggunakan sekitar 650ml air)
-          Minyak secukupnya untuk menumis
-          Garam, merica, penyedap secukupnya

Cara membuat:
1.      Bersihkan kaki ayam, potong kukunya, lalu rebus hingga matang
2.      Haluskan bahan bumbu dengan tambahan sedikit garam
3.      Tumis telur, lalu masukkan bumbu, masak hingga matang
4.      Masukkan air rebusan kaki ayam tadi, masak sebentar
5.      Masukkan kaki ayam, tambahkan garam, merica, dan penyedap, biarkan hingga kuah agak meresap
6.      Masukkan siomay, aduk sebentar, angkat
7.      Sajikan selagi hangat

Untuk 3 porsi

Though it’s very very simple food to make, there are still some tips and tricks to do:
1.      Ada banyak orang yang mengeluhkan bahwa supaya benar-benar empuk, kaki ayam harus direbus lumayan lama (sekitar 30 menit lebih). Namun cara mengakalinya sih aku menggunakan panci fresto, cukup 10-15 menit kaki ayam sudah super empuk hingga tulang.
2.      Hindari menumis bumbu terlebih dahulu diikuti dengan menumis telur, bumbunya malah akan menempel pada telur dan kurang terasa kuat di seblak.
3.      Karena teksturnya yang mudah lembek, sebaiknya siomay kering di masukkan terakhir dan jangan dimasak terlalu lama. Tekstur yang masih renyah akan menambah nikmat seblak siomay ceker Anda.

(Ini versi pembuka, jadi masih porsi sedikit. Di wajan masih banyak. :9)

Last but not least, selamat mencoba! :)

#CookingExperiment #1: Oreo Cheese Cake

Evening, guys! (Is it evening already?) Hehe

Ingin berbagi cerita sedikit nih tentang masak-masak hari ini, sekalian memperkenalkan juga bahwa ini sesi pertama dalam percobaan masak-memasak yang aku tuangkan dalam blog dan dinamai #CookingExperiment (biar nge-hip seperti di Twitter gitu deh pakai tagar segala :p). Cerita mending enaknya dari awal proses belanja bahan-bahan dulu kali ya, hingga akhirnya ke tahap icip-menyicip , so here we go.
Cheese cake, jaman sekarang siapa sih yang ngga tau cheese cake? Cake yang hampir seluruh komposisinya berupa cheese cream itu memang sedang jadi primadona di kalangan pecinta kuliner. Hampir semua bakery menyediakan cheese cake, bahkan di Bandung sendiri sudah banyak bermunculan kafe-kafe yang mengusung dessert ini sebagai menu utama andalan.
Rasa dan macam dari cheese cake itu juga bervariasi; coklat, strawberry, blueberry, green tea, tiramisu (btw, tiramisu juga masuk golongan cheese cake ngga sih?), oreo, opera, manggo, dll. Yang jadi kesukaanku sih green tea, tiramisu, dan oreo. Hampir semua bakery yang pernah aku kunjungi ngga mengecewakan dalam hal dessert ini. Manisnya pas, komposisinya pas, rasanya pas, lembutnya pas, yang ngga pas ya harganya aja, kocek mahasiswi sih hehe.
Nah, terlintas lah di benak untuk bikin cheese cake sendiri, siapa tau bisa jadi lebih murah dan jadi pedoman juga untuk yang lain. Dimulai dari cari-cari resep dulu di Google, nemu deh beberapa resep yang lumayan (antara gampang dan susah), soalnya aku pertama banget ini bikin beginian, modal iseng lah namanya juga eksperimen hehe.
Resep yang aku ambil akhirnya yang paling simple, oreo cheese cake yang tanpa layer sama sekali (bukan cheese cake dong ya jadi oreo cheese haha). Itung-itung belajar lah, nanti kalo ada kesempatan ya nyoba lagi. Bahan-bahannya sendiri terdiri dari oreo, cream cheese, margarin plain, gula tepung, white chocolate, essence vanila, gelatin bubuk, butter cream.
Untuk oreo, margarin plain, gula tepung, white chocolate dan essence vanila banyak tersedia di pasar-pasar tradisional, nah bagian cream cheese dan gelatin yang susah, mesti di TBK atau toko khusus bahan kue. Saya sendiri dapet bahan tersebut di PD. Kijang Mas (Jl. Hariang Banga 6z, Bandung) atas rekomendasi seorang teman. Disana cukup lengkap dan harganya standar lah, berikut aku kasih bocoran harga belanjaan kemarin (Januari, 2014):

-          Cream Cheese “Yummy” Light 250gr: Rp. 27.500
-          “Collata” White Chocolate 250gr: Rp. 17.000
-          Oreo Biscuit Roll (paket 2 bungkus dalam satu kemasan): Rp. 12.000
-          Gelatin Bubuk ±100gr: Rp. 18.000
-          Margarin plain 500gr: Rp. 6000

-          Untuk gula tepung dan essence vanili aku ngga tau karena kemarin dapet nitip ke ibunda tercinta hehe
-          Total: ±Rp. 100.000

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dari bahan-bahan tersebut. Bagi kaum muslim berhati-hatilah untuk membeli cream cheese dan gelatin, karena kebanyakan cream cheese berasal dari merk luar seperti Perancis, namun ada juga yang lokal. Tanyakan juga pada penjaga toko apakah gelatin yang akan dibeli halal atau tidak. Pokoknya perhatikan dan pastikan kehalalan dari produk-produk tersebut.

Selanjutnya, langsung aja deh ya menuju proses pembuatan.

Resep Oreo Cheese (Cake) :p

Bahan Butter Cream:
-          150gr margarin plain
-          50gr gula tepung, ayak

Bahan Cheese Cake:
-          300 gr oreo (sekitar 2 bungkus), 200gr haluskan, 100gr cukup dipotong-potong
-          250gr cream cheese
-          200gr butter cream
-          75gr margarin plain, lelehkan
-          100gr white chocolate, lelehkan
-          50gr gula tepung, ayak
-          2 sendok makan gelatin, larutkan dengan 2 sendok makan air panas
-          5 tetes essence vanila
Cara membuat butter cream:
1.      Kocok mentega hingga sedikit mengembang dan warnanya agak putih
2.      Masukan gula tepung sedikit demi sedikit
3.      Diamkan dalam suhu ruangan

Cara membuat cheese cake:
1.      Campur 150gr oreo dengan mentega leleh, aduk hingga menggumpal
2.      Sediakan gelas kecil (diameter 5-6cm dengan tinggi 6-7cm), masukan campuran oreo dan mentega tadi ke dasar gelas, ratakan dan dinginkan dalam kulkas
3.      Cheese cake: Kocok cream cheese hingga lembut, masukkan gula tepung dan essence vanila, kocok rata
4.      Tambahkan white chocolate dan gelatin cair, kocok kembali
5.      Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam kocokan butter cream sambil terus diaduk perlahan
6.      Tuang di atas alas oreo tadi, beri kepingan oreo, tuang sisa cheese cake. Beri taburan oreo di atasnya dan bekukan.

Untuk 6 porsi.

Simple kan resepnya? Based on “experience is the best teacher”, ada beberapa tips nih:
1.      Sebaiknya ukuran gelas jangan terlalu besar, karena seluruh kandungan cream itu akan terasa ‘enek’ kalo kebanyakan.
2.      Jika ‘keukeuh’ ingin banyak, sebaiknya tambahkan layer, supaya lebih kaya juga sensasi di lidahnya dan menghindari rasa ‘enek’ tadi.
3.      Butter cream yang udah di buat jangan terlalu lama di simpan, paling lama penyimpanan sekitar 2 atau 3 hari saja di dalam kulkas.
4.      Hati-hati dengan gelatin karena jika airnya kurang panas, ia akan menggumpal dan ngga akan bersatu dengan campuran yang lain.

Bagi yang penasaran, ini penampakan yang sudah jadi dan siap makan:


(Please banget jangan liat bentuknya, tapi rasanya :p)

Gimana, guys? Cukup mudah dan sederhana kan? Good luck, then! J

Minggu, 05 Januari 2014

Kembang Api


Tin..tiiiiin..!

Suara klakson terdengar dari belakang mobil yang sedari tadi tak kunjung bergerak maju. Jika biasanya aku merasa terganggu, namun kali ini tidak, meskipun orang itu membunyikannya berkali-kali. Ini malam tahun baru. Bukan sunyi yang mereka ingin, orang-orang malah mencari keramaian dimana-mana.

Langit Bandung tak cukup cerah malam ini. Tadi pagi ku lihat di televisi bahwa malam ini akan turun hujan berintensitas kecil, namun aku tetap memutuskan untuk keluar ketika Sis mengajakku meskipun aku tak begitu suka keramaian. Ini malam tahun baru, orang-orang mencari keramaian dimana-mana, aku salah satunya.

Lepas pukul delapan ia menjemputku, langsung menuju pusat kota. Daerah pegunungan di Bandung mungkin harusnya menjadi pilihan yang bagus untuk malam tahun baru, namun jika sudah malam saja baru keluar rumah, jangan harap perjalanan akan lancar hingga tujuan. Macetnya tak akan membuat orang mampu berpikir rasional lagi. Tekesan berlebihan, namun begitu adanya. Daripada kami emosi di jalan, kami memutuskan hanya berkeliling mencari titik keramaian. Sesekali kami berhenti untuk membeli cemilan atau menikmati lalu-lalang manusia.

Dan keberadaan Sis disana cukup menjadi pemanis. Sis ini bukan orang yang romantis. Sementara banyak pria di luar sana yang membelikkan wanitanya setangkai mawar di hari spesialnya, ia tak akan mau repot-repot membelikanku barang setangkai karena ia tahu aku tak pandai merawat bunga. Juga setelah lima tahun yang ku lewati bersamanya, tak pernah ia memberiku kesan romantis. Begitulah Sis, pikirannya sederhana dan praktis. Sungguh berbeda dengan pikiranku yang rumit dan membingungkan. Namun jauh dalam matanya, aku tahu dia sayang padaku, dan aku tak pernah menyangkalnya.

Anehnya, serumit dan membingungkannya pikiran dan hatiku, aku menikmati semua itu. Menikmati setiap detik bersamanya, menikmati setiap hari yang ku lalui dengannya, menikmati apa yang bisa ku nikmati dari sederhananya sesosok anak manusia di sampingku ini. Dengan segala keluguan yang ia punya, segala kepolosan yang ia bawa, dengan segala keajaiban yang aku rasakan tanpa perlu ia beritahukan padaku. Aku menikmati segala hal yang kulakukan dengan Sis.

Aku suka bagaimana sederhana pikirannya masuk ke dalam rongga pikirku dan membenahi segala hal rumit yang ada disana. Menelusup pelan namun pasti, meluruskan tiap helai benang-benang kusut disana, bukan dengan jari-jari yang membuatnya jadi panjang kembali, namun langsung ia gunting benang itu lalu ia jalin kembali sehingga pola pikir praktisnya lebih masuk akal bagiku ketimbang pola pikirku sendiri.

Pukul 23.55. Lima menit lagi perayaan resmi tahun baru di mulai. Kami masih disini, terjebak di antara puluhan mobil yang tujuannya sama, menuju Alun-alun Bandung. Beberapa orang sudah tak sabar untuk menyalakan kembang api terlebih dahulu. Bunyinya memekakkan telinga karena jaraknya begitu dekat. Kami memutuskan untuk keluar karena ingin melihat pemandangan yang lebih indah, tak peduli dengan rintik hujan yang mulai turun ke bumi. Ia genggam tanganku tanpa banyak kata lalu kami sama-sama melihat ke arah langit, takjub pada kembang-kembang di langit yang lebih indah dari bintang.

Kemudian dibawah letusan puluhan kembang api pukul 12, yang aku lihat hanyalah sepasang bola mata yang pendar dan hangatnya mampu mengalahkan seluruh indah kembang api di tengah malam pertama tahun ini.

Selamat datang, 2014. Dan kamu, terima kasih telah menjadi kembang api terindah untukku.



Aulia Angesti
Sunday, January 5, 2013. 10:53