Jumat, 28 Maret 2014

#FoodSpot #3: Saung Mekarsari ‘Punclut’

Warga Bandung udah sering dong denger wilayah yang namanya Punclut? Mungkin kalo denger kata ‘Punclut’, pasti pada merujuk ke pegunungan tinggi dimana kita bisa lihat seluruh Bandung sampe ke ujung-ujungnya dari atas. View yang keren banget yang memang disuguhkan oleh tempat satu ini. Kalo gue, to be honest, begitu denger kata Punclut bakal langsung me-refer ke nasi merah, ayam bakar, tahu tempe goreng, lalapan dan sambel terasi. Hahaha keliatan otak gue otak makan mulu, ya gimana ngga melar badan ini coba? :p




Tapi memang kenyataan, Punclut dikenal orang bukan hanya karena menyajikan view Bandung yang keren banget karena terletak di dataran tinggi, namun juga menyuguhkan makanan Sunda yang nikmat sekali bisa disantap ditengah dinginnya udara gunung dengan view langsung ke kota Bandung. Bahkan sekarang bukan hanya orang Bandung saja, orang luar kota juga sudah mengenal daerah ini. Jadi jangan heran bila weekend datang, jalanan menuju Punclut yang bisa diakses melalui jalan Ciumbuleuit ini selalu macet. Tips untuk orang Bandung, kalo mau ke Punclut mending hari-hari biasa aja, selain sepi juga ngga macet jadinya. Tapi ngga usah khawatir jika memang hanya ada waktu saat weekend aja. Walaupun macet, tapi untuk urusan tempat makan jangan takut ngga kebagian. Di sepanjang jalan Punclut itu berjejer tempat makan yang bisa dipilih, dan semuanya persis menghadap ke kota Bandung.

Untuk tempat makannya sendiri, memang disini bukan jenis tempat makan yang wah gimana gitu, melainkan tempat makan lesehan sederhana dengan menu makanannya hanya makanan Sunda. Disitu justru asiknya, berasa di desa banget. Kalo kesana, tempat makan langganan gue sih di Warung Nasi Timbel Mekarsari Ibu Nining. Sebenernya sama aja sih mau warung nasi mana aja, toh menu yang ditawarkan juga sama, cuma karena udah enak disana ya jadi keterusan deh. Langsung, begitu masuk langsung pesen nasi merah, ayam bakar, dan tahu goreng. Karena datengnya pas jam nanggung sore-sore gitu, jadi si tempat masih kosong gitu deh, karena emang jam-jam ramai Punclut itu ya jam makan malam. Langsung ambil spot favorit di lantai 2.


Nunggu sekitar 20 menit-an lah sambil jeprat-jepret nunggu makanan, selfie-selfie-an kayak anak kekinian, ngobrol-ngobrol dan bercanda geje, baru deh makanan dateng. As I expected, menggiurkan dan langsung menggugah selera makan. Tanpa nunggu lagi, langsung ambil nasi dan santap ria. Nasi sebakul aja abis ¾ nya, itu laper apa doyan ya by the way, hehe. Enak banget abisan, cocok ama suasana yang abis hujan. Dingin seger gimana gitu kan. Habis itu masih bisa santai-santai ngaso sambil nunggu makanan dicerna karena belum begitu penuh juga tempatnya. Baru deh setengah jam kemudian memutuskan untuk enyah dari tempat karena udah kelamaan. Guess what? Makanan yang tadi kita makan itu hanya seharga Rp. 40.000 saja, berarti Rp. 20.000 per orang kan, lumayan murah mengingat makannya juga lumayan banyak, hehe.





#MovieCorner #6: Divergent

Warning! Spoiler alert!

Well, Divergent. Who have seen it?



Kalo liat-liat rate di IMDb.com, Divergent sedang jadi primadona nih dengan menduduki puncak box office Amerika. Film ber-genre science fiction action ini sebenarnya adalah adaptasi dari novel distopia remaja yang juga menjadi best-seller berjudul sama karya novelis Amerika, Veronica Roth, dan diterbitkan tahun 2011. Tahun 2012, Neil Burger yang ditunjuk menjadi sutradara oleh Summit Entertainment langsung menggarap proyek pengerjaan filmnya. Tanggal 21 Maret 2014 kemarin adalah tanggal resmi rilis Divergent serempak di seluruh dunia.



Divergent sendiri menceritakan tentang dunia masa depan yang memiliki sistem dengan membagi masyarakatnya menjadi lima golongan atau faksi, guna menjaga perdamaian di dunia. Kelima faksi itu bernama Dauntless (para pemberani), Erudite (para ilmuwan dan pemikir), Candor (para orang jujur), Abnegation (orang-orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri ), dan Amity (para pecinta damai). Beatrice Prior (Shailene Woodlay), sang pemeran utama, adalah seorang remaja perempuan yang terlahir dari keluarga berfaksi Abnegation. Karena umurnya sudah menginjak 16 tahun, ia diharuskan untuk mengikuti tes kemampuan untuk menentukan akan hidup di faksi mana ia nantinya. Ternyata ia termasuk dalam golongan ‘divergent’, yaitu orang dengan karakteristik faksi lebih dari satu. Beatrice cocok dalam faksi Abnegation, juga Erudite dan Dauntless, dan itu adalah hal yang dilarang oleh semua faksi. Tori (Maggie Q), orang yang memberikan tes pada Beatrice, berusaha melindunginya dengan menyuruhnya pulang dan jangan memberitahu siapapun tentang hasil tes yang sebenarnya termasuk pada keluarganya sendiri. Pada hari pemilihan, Beatrice masuk ke dalam faksi Dauntless karena ia memilihnya, dan itu menyebabkan ia harus berpisah dari orang tua dan Caleb (Ansel Elgort), kakaknya yang juga lebih memilih faksi Erudite daripada Abnegation. Beatrice lalu mengganti namanya menjadi Tris dan harus mengikuti serangkaian tes uji coba, dan bila ia gagal, ia akan menjadi orang non-faksi. Di Dauntless Pit-lah, Tris kenal dengan salah satu seniornya, yaitu Four (Theo James). Four yang awalnya bersikap jutek kepada Tris dan semua juniornya itu akhirnya jatuh cinta juga dengan Tris setelah melewati beberapa kesempatan bersama (tjiye...), dan ternyata Four itu adalah Tobias Eaton, anak dari Marcus, pemimpin Abnegation yang mendidik anaknya dengan cara keras dan kasar. Cerita bergulir pada Tris yang semakin dekat dengan Four, Tris yang akhirnya menyadari bahwa Erudite dibawah pimpinan Jeanine (Kate Winslet) berusaha merebut kekuasaan dari Abnegation, Four yang ternyata juga seorang divergent sama seperti dirinya, kedua orangtuanya meninggal dalam pertarungan melawan Erudite dan Dauntless, dan berakhir di kereta yang membawa mereka yang tersisa menuju Amity dengan kepasrahan akan menjadi orang-orang non-faksi.


Secara kasar, Divergent ini mirip-mirip gitu lah ceritanya dengan The Hunger Games karya Suzzane Collins. Kemiripannya antara lain terletak pada pemerintahan masa depan yang diatur dan dirombak ulang sangat berbeda dari masa sekarang akibat dari konflik atau perpecahan. Faksi-faksi dalam Divergent mengingatkan gue pada distrik-distrik di The Hunger Games. Kemudian peran utama kedua filmnya sama-sama perempuan, Katniss dan Tris. Terus juga peran antagonis kedua film sama-sama dari pihak pemerintahan (sebenernya ini udah biasa sih, hehe). Lalu, kalo diperhatikan secara cermat, perawakan Katniss dan Tris itu satu tipe. Bukan tipe kurus cantik ala-ala model Victoria, tapi model badan yang berisi dan siap tempur (ya iya lah namanya juga film action :p). Kemudian, si peran utama dipisahkan dari keluarga sebelum menuju pertempuran masing-masing, dibuktikan oleh Katniss yang menjadi relawan untuk menggantikan adiknya di The Hunger Games dan Tris yang memilih untuk menjadi seorang Dauntless dan berpisah dengan keluarganya. Ya begitulah, there are so many similarities between both if them. Coincidence? Or they intend to reveal the fact(s) of system in society?

Secara keseluruhan, gue bilang film ini lumayan keren sih, even I don’t read the book yet. Ide tentang faksi itu sama sekali nggak mampir di otak gue selama ini hingga film ini muncul. Bisa dibilang Neil Burger mengemasnya dengan apik dan epic. Gue ngga bisa bilang seberapa mirip film dengan novelnya karena gue belum baca, so sorry for that, tapi yang pasti visualisasinya bagus. I mean, even I don’t read the book, I can understand the plot of the story and where it will go. And that’s the bad, karena mudah dimengerti, jadi gampang ditebak deh kemana ceritanya akan berjalan. Apalagi kisah cintanya Four dengan Tris, ketebak banget kayak FTV, hehe. Nah, yang ngga ketebak malah gimana cerita keduanya akan berlanjut. I’ll be patiently waiting to watch Insurgent.

Lumayan lah buat tontonan akhir pekan, kalo takut ama film darah-darah ala The Raid macem gue, Divergent juga bisa jadi tontonan bagus. Happy watching! J


Rate: 8/10

P.S.: Gantengan Eric alias Jai Courney daripada Four (Theo James). Lagian kenapa ngga Alexander Ludwig aja sih yang jadi Four? :p


Divergent
Science - Fiction - Action
139 minutes

Director              : Neil Burger
Production        : Summit Entertainment, Lionsgate
Released              : 21st March 2014 (Indonesia)

Picture source:

Rabu, 26 Maret 2014

#CookingExperiment #4: Chicken Nugget (Home Made)

Dua minggu lalu, ibu dapet semacam diklat argoindustri gitu di Puncak selama lima hari. Disana ibu dkk. dapet semacem ilmu pengelolaan industri makanan gitu, diantaranya keripik dedaunan (ada daun singkong yang dijadiin keripik, juga daun apa lagi gitu lupa namanya) dan ada juga chicken nugget yang dibuat dan diolah sendiri. Jelas chicken nugget ini lebih sehat dari yang biasa kita beli di supermarket karena tidak menggunakan bahan pengawet atau penyedap kimia, namun rasanya tak kalah enak.

Minggu depannya, langsung deh ibu belanja dan praktekin tuh cara buat chicken nugget dengan gue sebagai asistennya. List belanjaannya adalah sebagai berikut:

-          Ayam (fillet) ½ kg     : Rp. 20.000
-          Roti tawar 1 bungkus           : Rp. 12.000
-          Telur ayam 3 butir    : Rp. 3.000
-          Tepung panir ¼ kg    : Rp. 2.500
-          Mentega 1 bungkus : Rp. 5.000
-          Susu bubuk plain 1 sachet   : Rp. 1.500
-          Bumbu-bumbu          : Rp. 3.000
-          Total                           ± Rp. 50.000

Sekarang langsung ke cara pembuatannya deh ya.


HOW TO MAKE CHICKEN NUGGET

Bahan:
-          Ayam, bagian fillet ½ kg (haluskan dengan menggunakan blender)
-          Roti tawar 8 lembar
-          Telur ayam 3 butir, pisahkan kuning dengan putih telurnya
-          Tepung panir ¼ kg
-          Mentega 2 sdm
-          Susu bubuk 1 bungkus, larutkan dalam 1 gelas air
-          Minyak untuk menggoreng

Bahan bumbu:
-          Bawang merah 2 siung
-          Bawang putih 8 siung
-          Bawang bombay ½ bh
-          Merica secukupnya
-          Garam 1 sdt


Cara pembuatan:
1.      Haluskan bumbu, kemudian tumis dengan menggunakan mentega
2.      Campur ayam yang telah dihaluskan dengan roti, susu, kuning telur dan bumbu yang telah ditumis, aduk rata
3.      Kukus adonan selama sekitar 10-15 menit, hingga adonan matang
4.      Potong adonan yang telah matang berbentuk persegi panjang (atau bentuk sesuai selera)
5.      Celupkan dalam putih telur, kemudian celupkan dalam tepung panir hingga adonan habis
6.      Goreng hingga warna kuning keemasan
7.      Chicken nugget siap dihidangkan





Tips and trick:
1. Sebaiknya campur roti tawar dengan susu terlebih dahulu lalu aduk rata, untuk memudahkan pencampuran dengan ayam sehingga tekstur nugget-nya akan lebih lembut.
2.  Hanya karena stepnya banyak, bukan berarti cara membuatnya sulit. Perhatikan dengan baik step by step biar nggak ribet saat proses pembuatannya.


Good luck! J

Minggu, 16 Maret 2014

#MovieCorner #5: 300 Rise of An Empire (Battle of Artemisia)

Warning! Spoiler alert!

Ada yang nggak tau film ‘300’? Itu loh film yang cerita tentang Spartan yang perang lawan kerajaan Persia di tahun 480 BC. Masih lupa? Coba buka-buka 9GAG deh, banyak banget meme King Leonidas yang diperankan oleh Gerard Butler dengan wajahnya yang khas penuh amarah. :)))


Film besutan sutradara yang juga menyutradarai Man of Steel (2013), Zack Snyder, sukses dengan predikat film blockbuster di tahun 2006. Seakan ingin mengulang kesuksesan, bulan ini dirilislah film sekuelnya yang berjudul ‘300: Rise of An Empire’ yang masih menggandeng Zack Snyder di posisi writer dan Noam Murro di posisi sutradara. Benar saja, dibawah payung yang sama, yakni Warner Bros dan Legendary Pictures, dalam waktu tiga hari saja sejak penayangannya tanggal 7 Maret lalu, film ini sudah berada di puncak box office Amerika dan meraup keuntungan sebesar $45 M.


Dalam film kolosal ini, bukan lagi bangsa Sparta yang menjadi primadona, melainkan armada laut bangsa Yunani secara keseluruhan dibawah pimpinan Jendral Themistocles (Sullivan Stapleton) yang mengisi adegan-adegan perang. Setting filmnya pun bergerak dari sebelum, saat, dan sesudah perang Spartan vs Persian di film sebelumnya. Diawali dengan narasi Queen Gorgo, sang istri dari King Leonidas dari Spartan yang menceritakan tentang latarbelakang penyerangan mendadak bangsa Persia oleh bangsa Yunani di tanah Marathon, bangsa Persia mendera kekalahan yang cukup telak karena mereka belum siap untuk perang. Ditambah lagi raja mereka, King Darius (Igal Naor), yang mati karena dipanah oleh Themistocles yang semakin memperparah kekalahan Persian.

Putra dari King Darius, Xerxes (Rodrigo Santoro), yang menyaksikan ayahnya meninggal, menaruh dendam kepada Yunani, khususnya Themistocles. “He knew, in his heart, that he made a mistake not to kill Xerxes when he had the chance,” stated Queen Gorgo at that time (doi lagi di atas kapal gitu hendak memimpin penyerangan, narasi dulu lah biar mendramatisir :p). Xerxes kemudian bergabung dengan Artemisia (Eva Green), yang merupakan komandan perwira angkatan laut kepercayaan King Darius, sekaligus Persia. Artemisia ini merupakan yatim piatu yang menyaksikan orangtuanya dibantai oleh bangsa Yunani, padahal mereka adalah keturunan bangsa Yunani asli. Saat itu ia masih anak-anak, dan ia kemudian dijadikan budak seks karena parasnya yang cantik. Setelah dibuang, ia kemudian diselamatkan oleh salah satu tentara Persia (this familiar face, merupakan seorang utusan kepercayaan Persia, kalo notice dia adalah  salah satu utusan Persia yang ditendang ke sumur oleh bangsa Sparta di film ‘300’sebelumnya). Artemisia diajari berpedang, bukan hanya untuk self-defense, tapi juga untuk berperang sungguhan, sehingga ia tumbuh menjadi ahli pedang wanita yang cakap. Ia kemudian membuat Darius kagum akan kemampuannya untuk membantai, dengan membawa bukti beberapa kepala dari musuh Darius. Artemisia kemudian mendapatkan jabatan sebagai jendral kepercayaan Darius. Selain cantik, ia terkenal sebagai wanita pembunuh berdarah dingin.

Kembali pada Xerxes, ia dipengaruhi oleh Artemisia untuk melancarkan misi balas dendam pada Yunani. Melalui sebuah ritual, Xerxes kemudian bertransformasi menjadi mortal-turn-god. Heartless, full of vengeance. “For glory’s sake...WAR!” he declared to his people in the kingdom. Ia mempersiapkannya selama 10 tahun dan kemudian ia memerintahkan Artemisia untuk melancarkan perang ke melawan bangsa Yunani. Themistocles, yang mendengar bahwa Artemisia mahir berperang di laut, mulai menyusun strategi. Ia juga mencoba untuk membuat persetujuan bekerja-sama dengan bangsa Sparta, terutama Queen Gorgo (Lana Headey), untuk meminjam kapalnya yang terkenal kuat dan bagus untuk berperang, namun Queen Gorgo menolak. Ia merasa bahwa itu pertarungan Yunani, bukan pertarungan Spartan.


Pertarungan kemudian terjadi dengan hanya mengandalkan strategi yang dilancarkan oleh Themistocles. Invasi pertama dan kedua yang dilancarkan oleh Artemisia mampu dikalahkan dengan strategi ampuh dari Themistocles. Ratusan prajurit Persia mati, begitupun kedua jendral Persia yang ditunjuk langsung oleh Artemisia untuk memimpin perang. Artemisia merasa terkesan dengan strategi yang dilancarkan Themistocles, ia lalu mengundang Themistocles ke kapalnya di daerah netral untuk berunding. Artemisia menawarkan kemerdekaan bagi bangsa Yunani dengan syarat Themistocles mau diposisikan sebagai tangan kanannya, namun Themistocles menolaknya mentah-mentah. Themistocles ingin kemerdekaan sejati tanpa adanya perbudakan oleh siapapun, termasuk di bawah Artemisia sekalipun.

Setelah penolakan itu, Artemisia merasa tersinggung dan langsung melancarkan serangan habis-habisan. Dengan armada yang terkenal megah, ia meluncurkan satu-satu kemampuan strategi perangnya di laut; dimulai dari pemanah ulung, kemudian kapal tangki minyak yang akhirnya meledakkan hampir seluruh kapal milik Yunani. Sementara itu, Xerxes yang sedang berperang di darat, membantai King Leonidas dan 300 orang pasukan Spartan lain yang paling berani dan ahli dalam berperang. Dalam keadaan yang sama-sama tidak menguntungkan, Themistocles datang kembali pada Queen Gorgo and simply said “Avenge him,” dan menyerahkan pedang King Leonidas pada Queen Gorgo. Invasi perang selanjutnya disambut oleh Themistocles hanya dengan pasukannya yang tinggal sedikit sekali. Ia berjuang habis-habisan untuk bisa membunuh Artemisia, dan ia berhasil membunuhnya sesaat sebelum kapal-kapal dari Queen Gorgo yang berjumlah banyak itu datang dan menjanjikan kemenangan bagi Yunani dan Spartan.


Secara keseluruhan, film ini lumayan bagus juga sih menurut gue. Pertama, alur maju-mundur yang disuguhkan Murro dalam film ini terkesan simple dan mudah dimengerti oleh gue sebagai penonton. Bukan ngga ada tantangannya sih, tapi mungkin tujuan Murro adalah untuk mempermudah memahami jika ada yang belum sempet nonton film ‘300’ sebelumnya. If I’m not mistaken, film ini sebenarnya merupakan adaptasi dari novel berjudul ‘Xerxes’ yang malah belum diterbitkan. Bakal kebayang sih bahasa yang dipakai dalam novelnya kayak gimana, kalo di filmnya aja narasi yang dibawakan Queen Gorgo bisa dibuat puitis gitu. Simply said, Murro makes it easier for me to understand.

Kemudian, efek canggih yang menurut gue membuat perang terlihat lebih bengis namun dramatis. Kalo nonton film ‘300’ sebelumnya, gue merasa bahwa setting film itu berada di dunia yang entah dimana adanya. Sebaliknya, film ini dibuat lebih realistis tanpa mengesampingkan efek visual yang dramatis dan membuat gue yakin kalo setting film ini masih di bumi walau dalam waktu beberapa ribu tahun silam. Belum lagi adegan perang yang dibuat lebih ‘hidup’. Murder and blood are everywhere. Hampir dari awal hingga akhir, ya namanya juga film perang kan, kekerasan pasti diusung habis-habisan dalam film ini.

So, who’s ready to see the Greece and seize your glory?



Rate: 8.5/10

P.S.:
Suka banget ama peran Eva Green sebagai Artemisia. She is very beautiful and smart, yet harsh and ambitious.


300: Rise of An Empire (2014)
Action - War - Drama
102 minutes

Director          : Noam Murro
Writer             : Zack Snyder and Kurt Johnstad
Production     : Warner Bros and Legendary Pictures
Released         : 7 March 2014 (Indonesia)


Picture sources :
http://memeorama.com/2012/01/page/6/ retrieved March 16th, 2014
http://moviepilot.com/stories/2013/12/19/eva-green-battles-as-artemisia-in-this-rise-of-an-empire-poster-1204048 retrieved March 16th, 2014
http://collider.com/ retrieved March 16th, 2014
http://www.impawards.com/2014/three_hundred_rise_of_an_empire_ver7.html retrieved March 16th, 2014

Minggu, 02 Maret 2014

#FoodSpot #2: Nom-Nom Eatery

Hi!

Di foodspot kali ini gue bakal bahas salah satu kafe ketje gitu di Kota Kembang Tertjinta. Namanya Nom-nom Eatery. Dari namanya sih yang pertama kebayang tempatnya bakal lucu gitu dan cocok banget lah buat nongkrong santai, dan terbukti memang bener. Tempatnya lumayan cozy dengan dekorasi interior yang lucu dan cocok banget buat dating hehe.



Menurut bio Twitter dengan akun @nomnomeatery, you guys can find it at Jalan Merak No. 2, 2nd floor of C59. Kalau dari flyover sih jalannya persis sebelah Telkom Gasibu. Masuk ke jalan Meraknya paling hanya 50m-an, nemu deh sebelah kanan jalan.

Begitu masuk, tempatnya sih lumayan, ngga begitu luas tapi ngga begitu sempit juga, dan walaupun lagi malem Minggu, tempatnya ngga begitu rame. Mungkin karena letaknya yang ngga persis di tengah kota dan ngga banyak kafe disekitaran sana kali ya, beda dengan kafe-kafe di Dago atau DU yang pasti rame banget kalo malem Minggu. Cocok untuk yang mau santai-santai.




Tempat makan dibagi dua bagian, di dalam dan luar. Berhubung di luar udah penuh, lagian dingin juga karena sedang turun hujan, jadi kami ambil tempat di dalam (masih ada beberapa meja yang kosong dan untungnya masih ada sofa di pojok yang kosong juga). Mbak waitress-nya langsung sigap ngasih menu untuk kami pilih.





Setelah menimbang dan milih-milih menu makanan apa yang cocok dan pasti memuaskan, terpilihlah menu sebagai berikut; beef stroganof, dori telur asin, ice tea, hot cafe latte, dan green tea panacotta (yang notabene menjadi tujuan utama datang kemari hehe). Penasaran banget dengan rasa panacotta yang lagi booming itu, soalnya dessert asal Italia ini masih jarang yang jual. Setelah menunggu dan sempet jeprat-jepret selama sekitar 15 menit, menu yang kami pilih mulai berdatangan. Lumayan juga presentasinya, dan yang penting rasanya enak hehe.




Beef stroganof-nya terdiri dari daging yang super lembut dan empuk banget, dengan irisan paprikanya dipotong memanjang gitu. Saus stroganof-nya pas, cocok dengan butter rice yang panas dan ice tea yang tadi dipesan.


Dori telur asin yang gue pesan juga enak. Ikan dorinya digoreng tepung dulu, terus alasnya pake kuning telur asin. Ada tahu goreng, salad, dan bayam Jepang gitu yang digoreng kering dengan taburan gula. Pas dengan butter rice yang masih panas juga. Porsinya sedikit kebanyakan kalo buat gue, mungkin karena butter rice-nya kali ya, jadi gampang kenyang. Dikasih sambel juga untuk memperkaya rasa, cuma sayangnya kurang pedes.



Hot cafe latte-nya ala kafe banget dengan gula yang dipisah, bukan kopi instan yang tinggal seduh gitu aja. It’s perfectly matched with the sweet green tea panacotta. Jadi panacotta itu mirip-mirip dengan pudding gitu teksturnya, hanya saja yang membuat panacotta bertekstur seperti itu bukan agar-agar, melainkan gelatin. Creamy yummy, suka banget ama rasa green tea yang kuat dan cream yang lembut.



I rate 8.5/10 for Nom-nom Eatery.

Tertarik untuk mencoba? Silahkan datang dan nilai sendiri. Selamat mencoba! J