Minggu, 16 Maret 2014

#MovieCorner #5: 300 Rise of An Empire (Battle of Artemisia)

Warning! Spoiler alert!

Ada yang nggak tau film ‘300’? Itu loh film yang cerita tentang Spartan yang perang lawan kerajaan Persia di tahun 480 BC. Masih lupa? Coba buka-buka 9GAG deh, banyak banget meme King Leonidas yang diperankan oleh Gerard Butler dengan wajahnya yang khas penuh amarah. :)))


Film besutan sutradara yang juga menyutradarai Man of Steel (2013), Zack Snyder, sukses dengan predikat film blockbuster di tahun 2006. Seakan ingin mengulang kesuksesan, bulan ini dirilislah film sekuelnya yang berjudul ‘300: Rise of An Empire’ yang masih menggandeng Zack Snyder di posisi writer dan Noam Murro di posisi sutradara. Benar saja, dibawah payung yang sama, yakni Warner Bros dan Legendary Pictures, dalam waktu tiga hari saja sejak penayangannya tanggal 7 Maret lalu, film ini sudah berada di puncak box office Amerika dan meraup keuntungan sebesar $45 M.


Dalam film kolosal ini, bukan lagi bangsa Sparta yang menjadi primadona, melainkan armada laut bangsa Yunani secara keseluruhan dibawah pimpinan Jendral Themistocles (Sullivan Stapleton) yang mengisi adegan-adegan perang. Setting filmnya pun bergerak dari sebelum, saat, dan sesudah perang Spartan vs Persian di film sebelumnya. Diawali dengan narasi Queen Gorgo, sang istri dari King Leonidas dari Spartan yang menceritakan tentang latarbelakang penyerangan mendadak bangsa Persia oleh bangsa Yunani di tanah Marathon, bangsa Persia mendera kekalahan yang cukup telak karena mereka belum siap untuk perang. Ditambah lagi raja mereka, King Darius (Igal Naor), yang mati karena dipanah oleh Themistocles yang semakin memperparah kekalahan Persian.

Putra dari King Darius, Xerxes (Rodrigo Santoro), yang menyaksikan ayahnya meninggal, menaruh dendam kepada Yunani, khususnya Themistocles. “He knew, in his heart, that he made a mistake not to kill Xerxes when he had the chance,” stated Queen Gorgo at that time (doi lagi di atas kapal gitu hendak memimpin penyerangan, narasi dulu lah biar mendramatisir :p). Xerxes kemudian bergabung dengan Artemisia (Eva Green), yang merupakan komandan perwira angkatan laut kepercayaan King Darius, sekaligus Persia. Artemisia ini merupakan yatim piatu yang menyaksikan orangtuanya dibantai oleh bangsa Yunani, padahal mereka adalah keturunan bangsa Yunani asli. Saat itu ia masih anak-anak, dan ia kemudian dijadikan budak seks karena parasnya yang cantik. Setelah dibuang, ia kemudian diselamatkan oleh salah satu tentara Persia (this familiar face, merupakan seorang utusan kepercayaan Persia, kalo notice dia adalah  salah satu utusan Persia yang ditendang ke sumur oleh bangsa Sparta di film ‘300’sebelumnya). Artemisia diajari berpedang, bukan hanya untuk self-defense, tapi juga untuk berperang sungguhan, sehingga ia tumbuh menjadi ahli pedang wanita yang cakap. Ia kemudian membuat Darius kagum akan kemampuannya untuk membantai, dengan membawa bukti beberapa kepala dari musuh Darius. Artemisia kemudian mendapatkan jabatan sebagai jendral kepercayaan Darius. Selain cantik, ia terkenal sebagai wanita pembunuh berdarah dingin.

Kembali pada Xerxes, ia dipengaruhi oleh Artemisia untuk melancarkan misi balas dendam pada Yunani. Melalui sebuah ritual, Xerxes kemudian bertransformasi menjadi mortal-turn-god. Heartless, full of vengeance. “For glory’s sake...WAR!” he declared to his people in the kingdom. Ia mempersiapkannya selama 10 tahun dan kemudian ia memerintahkan Artemisia untuk melancarkan perang ke melawan bangsa Yunani. Themistocles, yang mendengar bahwa Artemisia mahir berperang di laut, mulai menyusun strategi. Ia juga mencoba untuk membuat persetujuan bekerja-sama dengan bangsa Sparta, terutama Queen Gorgo (Lana Headey), untuk meminjam kapalnya yang terkenal kuat dan bagus untuk berperang, namun Queen Gorgo menolak. Ia merasa bahwa itu pertarungan Yunani, bukan pertarungan Spartan.


Pertarungan kemudian terjadi dengan hanya mengandalkan strategi yang dilancarkan oleh Themistocles. Invasi pertama dan kedua yang dilancarkan oleh Artemisia mampu dikalahkan dengan strategi ampuh dari Themistocles. Ratusan prajurit Persia mati, begitupun kedua jendral Persia yang ditunjuk langsung oleh Artemisia untuk memimpin perang. Artemisia merasa terkesan dengan strategi yang dilancarkan Themistocles, ia lalu mengundang Themistocles ke kapalnya di daerah netral untuk berunding. Artemisia menawarkan kemerdekaan bagi bangsa Yunani dengan syarat Themistocles mau diposisikan sebagai tangan kanannya, namun Themistocles menolaknya mentah-mentah. Themistocles ingin kemerdekaan sejati tanpa adanya perbudakan oleh siapapun, termasuk di bawah Artemisia sekalipun.

Setelah penolakan itu, Artemisia merasa tersinggung dan langsung melancarkan serangan habis-habisan. Dengan armada yang terkenal megah, ia meluncurkan satu-satu kemampuan strategi perangnya di laut; dimulai dari pemanah ulung, kemudian kapal tangki minyak yang akhirnya meledakkan hampir seluruh kapal milik Yunani. Sementara itu, Xerxes yang sedang berperang di darat, membantai King Leonidas dan 300 orang pasukan Spartan lain yang paling berani dan ahli dalam berperang. Dalam keadaan yang sama-sama tidak menguntungkan, Themistocles datang kembali pada Queen Gorgo and simply said “Avenge him,” dan menyerahkan pedang King Leonidas pada Queen Gorgo. Invasi perang selanjutnya disambut oleh Themistocles hanya dengan pasukannya yang tinggal sedikit sekali. Ia berjuang habis-habisan untuk bisa membunuh Artemisia, dan ia berhasil membunuhnya sesaat sebelum kapal-kapal dari Queen Gorgo yang berjumlah banyak itu datang dan menjanjikan kemenangan bagi Yunani dan Spartan.


Secara keseluruhan, film ini lumayan bagus juga sih menurut gue. Pertama, alur maju-mundur yang disuguhkan Murro dalam film ini terkesan simple dan mudah dimengerti oleh gue sebagai penonton. Bukan ngga ada tantangannya sih, tapi mungkin tujuan Murro adalah untuk mempermudah memahami jika ada yang belum sempet nonton film ‘300’ sebelumnya. If I’m not mistaken, film ini sebenarnya merupakan adaptasi dari novel berjudul ‘Xerxes’ yang malah belum diterbitkan. Bakal kebayang sih bahasa yang dipakai dalam novelnya kayak gimana, kalo di filmnya aja narasi yang dibawakan Queen Gorgo bisa dibuat puitis gitu. Simply said, Murro makes it easier for me to understand.

Kemudian, efek canggih yang menurut gue membuat perang terlihat lebih bengis namun dramatis. Kalo nonton film ‘300’ sebelumnya, gue merasa bahwa setting film itu berada di dunia yang entah dimana adanya. Sebaliknya, film ini dibuat lebih realistis tanpa mengesampingkan efek visual yang dramatis dan membuat gue yakin kalo setting film ini masih di bumi walau dalam waktu beberapa ribu tahun silam. Belum lagi adegan perang yang dibuat lebih ‘hidup’. Murder and blood are everywhere. Hampir dari awal hingga akhir, ya namanya juga film perang kan, kekerasan pasti diusung habis-habisan dalam film ini.

So, who’s ready to see the Greece and seize your glory?



Rate: 8.5/10

P.S.:
Suka banget ama peran Eva Green sebagai Artemisia. She is very beautiful and smart, yet harsh and ambitious.


300: Rise of An Empire (2014)
Action - War - Drama
102 minutes

Director          : Noam Murro
Writer             : Zack Snyder and Kurt Johnstad
Production     : Warner Bros and Legendary Pictures
Released         : 7 March 2014 (Indonesia)


Picture sources :
http://memeorama.com/2012/01/page/6/ retrieved March 16th, 2014
http://moviepilot.com/stories/2013/12/19/eva-green-battles-as-artemisia-in-this-rise-of-an-empire-poster-1204048 retrieved March 16th, 2014
http://collider.com/ retrieved March 16th, 2014
http://www.impawards.com/2014/three_hundred_rise_of_an_empire_ver7.html retrieved March 16th, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar