Minggu, 23 Februari 2014

#MovieCorner #3: Robocop


 Warning! Spoiler alert!

Well, the new futuristic Robocop is coming to the town. What do you think?





Generasi ’90-an macem gue sih pasti udah kenal banget dengan cyborg kebanggaan kota Detroit ini. Setelah sebelumnya film Robocop (1987), diikuti dengan Robocop 2 (1990) dan Robocop 3 (1993) serta versi TV-mini series-nya di tahun 2000, kini di tahun 2014 Metro-Golwyn Mayer yang bekerja sama dengan Columbia Pictures berhasil menghidupkan kembali Robocop yang menyuguhkan tampilan sosok cyborg yang udah di-upgrade ke versi paling baru dan memungkinkan untuk mengimbangi latar Detroit tahun 2028 (well, I have no idea how Detroit can escape from its bankruptcy. It’s still very possible anyway. :p)

Film Robocop (2014) ini bercerita tentang Alex Murphy (Joel Kinnaman), seorang polisi detektif yang taat peraturan dan jujur yang hendak mengungkap suatu kejahatan yang dilakukan oleh komplotan kriminal Antoine Vallon (Patrick Garrow). Di saat yang bersamaan, seorang pemimpin OmniCorp, sebuah perusahaan raksasa penghasil robot, bernama Raymond Sellars (Michael Keaton) begitu berambisi untuk menjadikan robot sebagai peralatan perang paling mutakhir yang diperlukan dunia, khususnya Amerika, dalam menghadapi aksi teror dan perang di Timur Tengah. Jalan Sellars tidak mulus, ia harus berhadapan dengan senator dan pendukungnya yang tidak setuju menggunakan robot karena mereka tidak memiliki perasaan dalam menjalankan tugas.

Begitu Murphy mengalami kecelakaan dalam ledakan yang disebabkan oleh Vallon serta sebagian besar dari tubuhnya mengalami luka-bakar-yang-mustahil-untuk-disembuhkan, maka Sellars segera bekerja sama dengan Dr. Dennett Norton (Gary Oldman, my favorite! :p) untuk mengubah Murphy menjadi cyborg dan melancarkan keinginannya. Upaya mereka berhasil, melalui proses yang panjang dan rumit, Murphy berubah menjadi cyborg yang memiliki perasaan layaknya manusia, meskipun mesin tersebut tidak bisa hidup sendiri dan harus tetap dibawah kendali dari OmniCorp. Namun Sellars pikir itu cukup untuk membuat senator dan pendukungnya menyetujui ciptaannya.

Murphy sendiri mengalami kesulitan untuk menerima keadaannya yang baru, meskipun istrinya, Clara Murphy (Abbie Cornish) dan anaknya, David (J.P. Ruttan) menerimanya kembali. Murphy, yang selanjutnya disebut Robocop (dinamai oleh media besar bernama The Novak Element. Nick Fury, I mean, Samuel L. Jackson yang berperan sebagai Pat Novak dipercaya sebagai pembawa acara yang jelas sekali mendukung Sellars dan OmniCorp) mengalami beberapa kendala akibat sulitnya menyesuaikan emosi dan perasaan manusia dengan sistem yang diprogram untuknya. Emosi dan perasaannya sebagai manusia mengalami ketidak stabilan ketika sejumlah file kejahatan harus dimasukkan ke dalam memorinya, hingga akhirnya Dr. Norton harus menurunkan kadar emosinya menjadi tinggal 2% saja. Robocop menjadi mati rasa dan hampir menjadi robot sepenuhnya. Namun kadar emosi dan perasaannya naik dengan sendirinya ketika istrinya mencegatnya di tengah jalan dan memaksanya untuk menemui putranya sendiri, David. Pada akhirnya ia berhasil menembak mati Vallon dan komplotan di markas mereka sendiri dan ia juga menyadari bahwa ada penjahat lain yang melanggar hak asasinya sebagai manusia yang memiliki emosi dan perasaan.





Well, Robocop ini cukup bagus di beberapa hal menurut gue. Pertama, design dan animasi ala robot masa depan yang smooth dan futuristik. Hollywood lagi-lagi memperlihatkan bahwa nggak cuma Marvel atau DC Comics saja yang berhak atas film-film superhero kekinian. MGM proves that. The smoothness-nya juga terlihat di adegan action yang melibatkan adegan tembak-menembak saat Robocop melawan komplotan Vallon. Bagus juga menampilkan tembak-menembak di tempat gelap dengan segala taknologi mutakhir yang dipunyai oleh Robocop.

Kedua, aktor dan aktrisnya mendukung dan cocok. Kinnaman, yang sebelumnya terkenal juga lewat film The Girl with the Dragon Tattoo dan The Darkest Hour, cocok untuk perannya di Robocop. Though I think he is much better with thin mustache and beard (without it I see him as a gay :p), it will be funny if he keeps his mustache and beard with him. Nggak lucu juga sih sebenernya liat Robocop dengan kumis ama jenggot haha. Gary Oldman, is still the man for me! Suka banget dengan perannya yang nggak jauh dari Komisaris Gordon di Batman. Pihak government yang menentang Sellars dan bisa menyelamatkan Robocop akhirnya.

Sayangnya, jalan ceritanya masih terlalu singkat dan gampang. Di saat Hollywood movies yang lain selalu mengesampingkan dan mempersingkat waktu introduction dan pembiasaan tentang isi film, Robocop ini justru banyak basa-basi di bagian awal film. Perkenalan dan proses pembuatan Murphy menjadi Robocop terlalu lama, dan imbasnya mungkin pada penyeselesaian konflik yang singkat. Satu lagi,  one thing I dislike from Hollywood movies, they always described Moeslim as they who do the terrorism in all over the world. Di awal film jelas terlihat bahwa orang-orang Muslim-lah yang menjadi sumber kekacauan. Mereka yang mengambil tindakan yang berkaitan dengan kekerasan, ledakan, dan lain sebagainya, though disana tidak digambarkan semua orang Muslim berlaku demikian.

Lumayan sih kalo untuk nonton-nonton buat ngisi waktu luang. But, just don’t expect too much. Tujuan gue sih cuma pengen liat Gary Oldman aja, rindu ama sosoknya jadi bapak baik di Harry Potter dan Batman :p. Happy watcing, then! J




Rate: 7/ 10


P.S.:
I prefer to choose black Robo rather than the grey one. Just saying. :p


Robocop (2014)
Action Sci-Fi Crime
117 minutes


Director          : Jose Padilha
Producers      : Marc Abraham
Distributor     : Metro-Golwyn-Mayer (MGM) and Columbia Pictures
Released         : 12 February 2014 (Indonesia)




Picture source:
lBeOuzg61iY/s1600/robocop+kinnman.jpg, retrieved 23rd February 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar