Minggu, 05 Januari 2014

Kembang Api


Tin..tiiiiin..!

Suara klakson terdengar dari belakang mobil yang sedari tadi tak kunjung bergerak maju. Jika biasanya aku merasa terganggu, namun kali ini tidak, meskipun orang itu membunyikannya berkali-kali. Ini malam tahun baru. Bukan sunyi yang mereka ingin, orang-orang malah mencari keramaian dimana-mana.

Langit Bandung tak cukup cerah malam ini. Tadi pagi ku lihat di televisi bahwa malam ini akan turun hujan berintensitas kecil, namun aku tetap memutuskan untuk keluar ketika Sis mengajakku meskipun aku tak begitu suka keramaian. Ini malam tahun baru, orang-orang mencari keramaian dimana-mana, aku salah satunya.

Lepas pukul delapan ia menjemputku, langsung menuju pusat kota. Daerah pegunungan di Bandung mungkin harusnya menjadi pilihan yang bagus untuk malam tahun baru, namun jika sudah malam saja baru keluar rumah, jangan harap perjalanan akan lancar hingga tujuan. Macetnya tak akan membuat orang mampu berpikir rasional lagi. Tekesan berlebihan, namun begitu adanya. Daripada kami emosi di jalan, kami memutuskan hanya berkeliling mencari titik keramaian. Sesekali kami berhenti untuk membeli cemilan atau menikmati lalu-lalang manusia.

Dan keberadaan Sis disana cukup menjadi pemanis. Sis ini bukan orang yang romantis. Sementara banyak pria di luar sana yang membelikkan wanitanya setangkai mawar di hari spesialnya, ia tak akan mau repot-repot membelikanku barang setangkai karena ia tahu aku tak pandai merawat bunga. Juga setelah lima tahun yang ku lewati bersamanya, tak pernah ia memberiku kesan romantis. Begitulah Sis, pikirannya sederhana dan praktis. Sungguh berbeda dengan pikiranku yang rumit dan membingungkan. Namun jauh dalam matanya, aku tahu dia sayang padaku, dan aku tak pernah menyangkalnya.

Anehnya, serumit dan membingungkannya pikiran dan hatiku, aku menikmati semua itu. Menikmati setiap detik bersamanya, menikmati setiap hari yang ku lalui dengannya, menikmati apa yang bisa ku nikmati dari sederhananya sesosok anak manusia di sampingku ini. Dengan segala keluguan yang ia punya, segala kepolosan yang ia bawa, dengan segala keajaiban yang aku rasakan tanpa perlu ia beritahukan padaku. Aku menikmati segala hal yang kulakukan dengan Sis.

Aku suka bagaimana sederhana pikirannya masuk ke dalam rongga pikirku dan membenahi segala hal rumit yang ada disana. Menelusup pelan namun pasti, meluruskan tiap helai benang-benang kusut disana, bukan dengan jari-jari yang membuatnya jadi panjang kembali, namun langsung ia gunting benang itu lalu ia jalin kembali sehingga pola pikir praktisnya lebih masuk akal bagiku ketimbang pola pikirku sendiri.

Pukul 23.55. Lima menit lagi perayaan resmi tahun baru di mulai. Kami masih disini, terjebak di antara puluhan mobil yang tujuannya sama, menuju Alun-alun Bandung. Beberapa orang sudah tak sabar untuk menyalakan kembang api terlebih dahulu. Bunyinya memekakkan telinga karena jaraknya begitu dekat. Kami memutuskan untuk keluar karena ingin melihat pemandangan yang lebih indah, tak peduli dengan rintik hujan yang mulai turun ke bumi. Ia genggam tanganku tanpa banyak kata lalu kami sama-sama melihat ke arah langit, takjub pada kembang-kembang di langit yang lebih indah dari bintang.

Kemudian dibawah letusan puluhan kembang api pukul 12, yang aku lihat hanyalah sepasang bola mata yang pendar dan hangatnya mampu mengalahkan seluruh indah kembang api di tengah malam pertama tahun ini.

Selamat datang, 2014. Dan kamu, terima kasih telah menjadi kembang api terindah untukku.



Aulia Angesti
Sunday, January 5, 2013. 10:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar