Warning! Spoiler
alert!
Summer is
still running out there, and there are still number of movies to watch. Kalau
kemarin-kemarin gue review film-film ber-genre
action, sekarang nambah variasi dengan film ber-genre romantic drama berjudul The
Fault in Our Stars.
Well, sorry
for a bit late to review this one, karena memang awalnya nggak ada niat untuk
nonton film ini di bioskop. Rencananya sih pengen baca dulu novelnya karena
beberapa temen yang bilang bahwa it is
one of John Green’s masterpiece, tapi ternyata kenyataan berkehendak lain
dan jadilah gue nonton ini meskipun telat banget, hehe.
TFIOS bercerita tentang sepasang remaja penderita
kanker yang sedang menjalin cinta bernama Hazel Grace Lancaster (Shailene
Woodley) dan Augustus Waters (Ansel Elgort) yang pertama kali bertemu di sebuah
kelompok pendukung kanker. Hazel menderita kanker paru-paru stadium 4,
sedangkan Gus menderita osteosarkoma yang menyebabkan kaki kanannya diamputasi.
Hazel sangat menyukai novel berjudul An
Imperial Affliction karangan Peter van Houten (Willem Dafoe), dan ia
merekomendasikan Gus untuk juga membacanya. Gus sangat tertarik dengan novel
tersebut dan itu membuat mereka rela terbang ke Amsterdam untuk langsung
menemui van Houten karena mereka penasaran dengan ceritanya yang berakhir
begitu saja setelah Anna, si pemeran utama dalam novel, meninggal akibat leukimia
yang di deritanya. Di tengah kondisi Hazel yang sempat memburuk, juga kanker
Gus yang tiba-tiba kembali menjalar di tubuhnya, they made such a marvelous story to be watched.
Bagi yang familiar dengan wajah pemeran utama
Hazel dan Gus, mereka adalah Shailene Woodley dan Ansel Elgort, dua wajah yang
juga bermain sebagai peran utama di film distopia berjudul Divergent (2014). Bedanya,
ketika di Divergent mereka berperan sebagai kakak-adik, namun di film drama
romantis ini mereka berperan sebagai teenage
couple. Disutradarai oleh Josh Boone, film adaptasi novel karangan John
Green berjudul sama ini memberikan warna segar tersendiri khususnya untuk genre drama romantis, setelah terakhir
gue nonton The Lucky One.
Dalam film drama romantis, salah satu hal
yang harus ditonjolkan adalah kekuatan cerita. Karena diadaptasi dari novel, rangkaian cerita sudah otomatis tersusun
rapi untuk dipindahkan dalam sebuah script,
tapi bukan berarti itu adalah hal mudah bagi seorang sutradara. Ia tetap harus
memilah adegan mana yang cocok untuk difilmkan dan adegan mana yang harus tetap
ada dalam buku, and I think Boone made it
good, at least for the movie version. Boone juga membuat klimaks dalam twist as soft as possible untuk meminimalisir kerancuan cerita dalam
film, dibuktikan dengan cerita yang padu dari awal hingga akhir.
Besides, nggak usah ditanya tentang penjiwaan
hebat Sheilene dan Ansel yang emang keren banget, baik dalam berperan sebagai
remaja berkanker yang sekarat sekaligus teenagers
who are in love to each other. Mereka jelas membuat situasi genting menjadi
semakin genting, dan situasi sedih menjadi semain sedih. It is not a broken-hearted story, but, like Hazel said, it is our
choice to choose how to tell sad stories.
Unfortunately, gue belum
punya kesempatan untuk baca novelnya, jadi gue nggak tau seberapa banyak hal
yang terlewatkan dari novel ke filmnya. But,
overall, if I may say, is good enough to those who starve of love stories.
Happy watching! J
Rate: 8/10
The
Fault in Our Stars
Drama – Romance
126 minutes
Drama – Romance
126 minutes
Director : Josh Boone
Production Co : Temple Hill Entertainment
Released : 2nd July 2014(Indonesia)
Production Co : Temple Hill Entertainment
Released : 2nd July 2014(Indonesia)
Information and picture sources:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar