Warning! Spoiler alert!
Ada yang
nggak tau film ‘300’? Itu loh film
yang cerita tentang Spartan yang perang lawan kerajaan Persia di tahun 480 BC.
Masih lupa? Coba buka-buka 9GAG deh,
banyak banget meme King Leonidas yang diperankan oleh Gerard Butler dengan wajahnya
yang khas penuh amarah. :)))
Film besutan
sutradara yang juga menyutradarai Man of
Steel (2013), Zack Snyder, sukses dengan predikat film blockbuster di tahun 2006. Seakan ingin mengulang kesuksesan, bulan
ini dirilislah film sekuelnya yang berjudul ‘300:
Rise of An Empire’ yang masih menggandeng Zack Snyder di posisi writer dan Noam Murro di posisi
sutradara. Benar saja, dibawah payung yang sama, yakni Warner Bros dan
Legendary Pictures, dalam waktu tiga hari saja sejak penayangannya tanggal 7
Maret lalu, film ini sudah berada di puncak box office Amerika dan meraup
keuntungan sebesar $45 M.
Dalam film
kolosal ini, bukan lagi bangsa Sparta yang menjadi primadona, melainkan armada
laut bangsa Yunani secara keseluruhan dibawah pimpinan Jendral Themistocles
(Sullivan Stapleton) yang mengisi adegan-adegan perang. Setting filmnya pun bergerak dari sebelum, saat, dan sesudah perang
Spartan vs Persian di film
sebelumnya. Diawali dengan narasi Queen Gorgo, sang istri dari King Leonidas
dari Spartan yang menceritakan tentang latarbelakang penyerangan mendadak
bangsa Persia oleh bangsa Yunani di tanah Marathon, bangsa Persia mendera
kekalahan yang cukup telak karena mereka belum siap untuk perang. Ditambah lagi
raja mereka, King Darius (Igal Naor), yang mati karena dipanah oleh
Themistocles yang semakin memperparah kekalahan Persian.
Putra dari
King Darius, Xerxes (Rodrigo Santoro), yang menyaksikan ayahnya meninggal,
menaruh dendam kepada Yunani, khususnya Themistocles. “He knew, in his heart, that he made a mistake not to kill Xerxes when
he had the chance,” stated Queen Gorgo at that time (doi lagi di atas kapal
gitu hendak memimpin penyerangan, narasi dulu lah biar mendramatisir :p).
Xerxes kemudian bergabung dengan Artemisia (Eva Green), yang merupakan komandan
perwira angkatan laut kepercayaan King Darius, sekaligus Persia. Artemisia ini
merupakan yatim piatu yang menyaksikan orangtuanya dibantai oleh bangsa Yunani,
padahal mereka adalah keturunan bangsa Yunani asli. Saat itu ia masih
anak-anak, dan ia kemudian dijadikan budak seks karena parasnya yang cantik.
Setelah dibuang, ia kemudian diselamatkan oleh salah satu tentara Persia (this familiar face, merupakan seorang
utusan kepercayaan Persia, kalo notice
dia adalah salah satu utusan Persia yang
ditendang ke sumur oleh bangsa Sparta di film ‘300’sebelumnya). Artemisia
diajari berpedang, bukan hanya untuk self-defense,
tapi juga untuk berperang sungguhan, sehingga ia tumbuh menjadi ahli pedang
wanita yang cakap. Ia kemudian membuat Darius kagum akan kemampuannya untuk
membantai, dengan membawa bukti beberapa kepala dari musuh Darius. Artemisia
kemudian mendapatkan jabatan sebagai jendral kepercayaan Darius. Selain cantik,
ia terkenal sebagai wanita pembunuh berdarah dingin.
Kembali pada
Xerxes, ia dipengaruhi oleh Artemisia untuk melancarkan misi balas dendam pada
Yunani. Melalui sebuah ritual, Xerxes kemudian bertransformasi menjadi mortal-turn-god. Heartless, full of vengeance. “For
glory’s sake...WAR!” he declared to his people in the kingdom. Ia
mempersiapkannya selama 10 tahun dan kemudian ia memerintahkan Artemisia untuk
melancarkan perang ke melawan bangsa Yunani. Themistocles, yang mendengar bahwa
Artemisia mahir berperang di laut, mulai menyusun strategi. Ia juga mencoba
untuk membuat persetujuan bekerja-sama dengan bangsa Sparta, terutama Queen
Gorgo (Lana Headey), untuk meminjam kapalnya yang terkenal kuat dan bagus untuk
berperang, namun Queen Gorgo menolak. Ia merasa bahwa itu pertarungan Yunani,
bukan pertarungan Spartan.
Pertarungan
kemudian terjadi dengan hanya mengandalkan strategi yang dilancarkan oleh
Themistocles. Invasi pertama dan kedua yang dilancarkan oleh Artemisia mampu
dikalahkan dengan strategi ampuh dari Themistocles. Ratusan prajurit Persia
mati, begitupun kedua jendral Persia yang ditunjuk langsung oleh Artemisia
untuk memimpin perang. Artemisia merasa terkesan dengan strategi yang dilancarkan
Themistocles, ia lalu mengundang Themistocles ke kapalnya di daerah netral
untuk berunding. Artemisia menawarkan kemerdekaan bagi bangsa Yunani dengan
syarat Themistocles mau diposisikan sebagai tangan kanannya, namun Themistocles
menolaknya mentah-mentah. Themistocles ingin kemerdekaan sejati tanpa adanya
perbudakan oleh siapapun, termasuk di bawah Artemisia sekalipun.
Setelah
penolakan itu, Artemisia merasa tersinggung dan langsung melancarkan serangan habis-habisan.
Dengan armada yang terkenal megah, ia meluncurkan satu-satu kemampuan strategi
perangnya di laut; dimulai dari pemanah ulung, kemudian kapal tangki minyak
yang akhirnya meledakkan hampir seluruh kapal milik Yunani. Sementara itu,
Xerxes yang sedang berperang di darat, membantai King Leonidas dan 300 orang
pasukan Spartan lain yang paling berani dan ahli dalam berperang. Dalam keadaan
yang sama-sama tidak menguntungkan, Themistocles datang kembali pada Queen
Gorgo and simply said “Avenge him,”
dan menyerahkan pedang King Leonidas pada Queen Gorgo. Invasi perang
selanjutnya disambut oleh Themistocles hanya dengan pasukannya yang tinggal sedikit
sekali. Ia berjuang habis-habisan untuk bisa membunuh Artemisia, dan ia
berhasil membunuhnya sesaat sebelum kapal-kapal dari Queen Gorgo yang berjumlah
banyak itu datang dan menjanjikan kemenangan bagi Yunani dan Spartan.
Secara
keseluruhan, film ini lumayan bagus juga sih menurut gue. Pertama, alur
maju-mundur yang disuguhkan Murro dalam film ini terkesan simple dan mudah
dimengerti oleh gue sebagai penonton. Bukan ngga ada tantangannya sih, tapi
mungkin tujuan Murro adalah untuk mempermudah memahami jika ada yang belum
sempet nonton film ‘300’ sebelumnya. If I’m not mistaken, film ini sebenarnya
merupakan adaptasi dari novel berjudul ‘Xerxes’
yang malah belum diterbitkan. Bakal kebayang sih bahasa yang dipakai dalam
novelnya kayak gimana, kalo di filmnya aja narasi yang dibawakan Queen Gorgo bisa
dibuat puitis gitu. Simply said, Murro
makes it easier for me to understand.
Kemudian,
efek canggih yang menurut gue membuat perang terlihat lebih bengis namun
dramatis. Kalo nonton film ‘300’ sebelumnya, gue merasa bahwa setting film itu
berada di dunia yang entah dimana adanya. Sebaliknya, film ini dibuat lebih
realistis tanpa mengesampingkan efek visual yang dramatis dan membuat gue yakin
kalo setting film ini masih di bumi walau dalam waktu beberapa ribu tahun
silam. Belum lagi adegan perang yang dibuat lebih ‘hidup’. Murder and blood are everywhere. Hampir dari awal hingga akhir, ya
namanya juga film perang kan, kekerasan pasti diusung habis-habisan dalam film
ini.
So, who’s ready to see the Greece and seize your glory?
Rate:
8.5/10
P.S.:
Suka banget ama peran Eva Green sebagai Artemisia. She is very beautiful and smart, yet harsh and ambitious.
300:
Rise of An Empire (2014)
Action - War - Drama
102 minutes
Director : Noam Murro
Writer : Zack Snyder and Kurt Johnstad
Production : Warner Bros and Legendary Pictures